Hampir satu bulan ini saya terpaksa rajin bolak-balik kampus untuk pendekatan dengan dosen pembimbing skripsi tercinta. Tapi apa daya, beliau sungguh amat sulit ditemukan di belantara kampus. Dulu di awal perjumpaan beliau sempet berpesan, "Kalo saudara mau ketemu saya, setelah jam 1 siang ya. Biasanya saya di ruangan jam segitu." Ketika saya praktekkan, ternyata tetap aja tidak pernah ketemu. Dari 10 kali kunjungan ke ruangan beliau, hanya 1 kali beliau pas ada di ruangannya. Itupun karena saya bela-belain untuk nunggu hampir satu jam. Sisi positifnya, saya jadi akrab sama ibu sekretaris lantai dua yang selalu tersenyum dan menggelengkan kepala ketika saya bertanya, "Apakah pak dosen ada?"
Ngomong-ngomong tentang kuliah, minggu kemarin saya bertemu dengan adik-adik angkatan yang lagi menunggu giliran untuk ujian pendadaran. Saya dengan senyum manis (walaupun hati meringis) menyalami mereka satu persatu dan memberi selamat. Merekapun dengan polosnya bertanya,"Lho, mas kok masih di kampus? Bukannya uda lulus?" (Sungguh bukan pertanyaan yang ingin saya dengar dari adik-adik angkatan) Dan saya pun hanya tersenyum dan berkata, "Ini juga lagi nyari-nyari dosennya biar cepet-cepet dilulusin."
Ketika sudah diujung penantian seperti ini, waktu terasa sangat cepat. Itu berarti saya harus meningkatkan perburuan ini. Mungkin saya harus membuat posko di depan ruangannya pak dosen atau memasang alat penyadap di ruangannya sehingga saya selalu tahu bagaimana pergerakannya. Atau saya culik saja dan menyekapnya di kos saya sampai skripsi saya selesai? Entahlah, rasanya seperti makin gila saja...
1 comment:
mari..mari..
ikut program CADAS bersama kami...
boleh pilih dukun yang mana saja yang kami punya untuk melancarkan segala urusan perkuliahan sodara...
**ngikik setan**
Post a Comment