Thursday, July 31, 2008

Next Step


Tiba waktunya untuk melangkah lagi...

Monday, July 28, 2008

Agustus Ini

Begitu banyak kabar bahagia yang datang menjelang bulan Agustus ini.
  • Tanggal 3 Agustus, Abdul Hamid, sahabat diwaktu SMA, akan menikahi kekasih hatinya di Purworejo.
  • Dihari yang sama, Mirda Usmania, teman sekelas di SMA yang sama, juga akan menggelar resepsi pernikahannya di Pangkalpinang.
  • Tanggal 10 Agustus, Yoga Cakra Aditya, sahabat di SMA, juga akan menikah di Pangkalpinang.
  • Tanggal 15 Agustus, giliran Chaulana alias Alan alias Mr. Chao, yang akan menikah di Kudus.
  • Tanggal 17 Agustus, mas Haryadi, sepupuku, akan mengadakan resepsi pernikahannya di Klaten.
  • Tanggal 21 Agustus, saya akhirnya diwisuda.
Untuk semuanya, saya mengucapkan selamat menempuh hidup baru. Maaf jika saya tidak bisa datang memenuhi undangan untuk menghadiri peristiwa penting tersebut, mengingat keterbatasan waktu dan jauhnya jarak.

Semoga berbahagia dan menjadi keluarga yang selalu rukun dan penuh cinta selamanya...

Tuesday, July 22, 2008

Hore...Akhirnya Lulus Juga

Sungguh detik-detik yang mendebarkan, ketika dengan segala upaya menangkis serangan dari para penguji yang kesohor di ruang sidang, mengejar detak jantung yang berlari kencang di ruang tunggu, berbincang-bincang lirih dalam doa dengan sang penguasa alam di kesunyian, dan berusaha untuk percaya kepada kemungkinan berkunjungnya keberuntungan.
22 Juli 2008, ketika hari menjelang senja, di hadapan tiga orang mahaguru yang sangat saya hormati, dianggap sudah saatnya untuk meninggalkan padepokan tempat saya menimba ilmu, untuk selanjutnya berkarya di tengah masyarakat. Bukan untuk berhenti belajar, tetapi untuk menimba ilmu di samudera kehidupan yang sesungguhnya.
Dengan penuh kebahagiaan, diiringi ucapan selamat dari keluarga, sahabat dan penjaga hati, akhirnya saya berhasil melewati ujian ini.
Terima kasih untuk semuanya...

Monday, July 14, 2008

Acc, Untuk Diuji...



Takkan lari gunung dikejar, begitu pepatah yang sering saya dengar. Tetapi, jika saya tidak pernah melangkahkan kaki, tentu saja saya tidak akan pernah mencapai gunung itu. Demikian juga dengan perjuangan saya mendapatkan tiga huruf sakti (Acc) untuk draft skripsi saya. Tidak akan pernah tercapai, jika saya tidak pernah memulainya.

Waktu yang (cukup) lama terbuang, memberikan sebuah harga yang sangat berarti bagi tiga huruf sakti tersebut. Didalamnya, terkandung doa dan harapan dari orang tua, kekasih hati, dan sahabat tercinta...


Wednesday, July 9, 2008

25

17...18...19...20...21...22...23...24...25

Thursday, July 3, 2008

Biar Ngetop Asal Terkenal





Ingat-ingatlah wajah orang-orang ini. Jika anda ketemu salah satu dari mereka di sebuah acara dan kebetulan membawa kamera, cepatlah menghindar sejauh mungkin. Jangan sampai acara anda menjadi sarana ke-narsis-an mereka. Bukan karena ngerasa ganteng atau camera face, tapi karena mereka adalah penderita narsis tingkat akut. Terutama oknum-oknum di barisan depan.
Merekalah penganut ideologi paling berbahaya abad ini, yang dengan cepat bisa menyebar ke seluruh tubuh, yaitu ideologi "Biar Ngetop Asal Terkenal"...

Wednesday, July 2, 2008

Naik Becak di Malioboro

Setelah 8 tahun tinggal di Jogja, akhirnya obsesi naek becak berdua dengan pujaan hati tersayang keliling Malioboro kesampaian juga. Rutenya adalah Mall Malioboro - Kantor Pos Besar - Alun-alun Utara - Alun-alun Selatan - Pasar Ngasem - mampir beli Bakpia Pathuk 25 - Pasar Kembang - Mall Malioboro, dengan tarif 20 ribu rupiah. Senang? Pasti, setidaknya (mencoba) merasakan menikmati Jogja dari sudut yang berbeda.
Seperti umumnya, sambil mengayuh becaknya, si abang mengiringi dengan cerita. Dikisahkanlah bahwa dulu, sekitar tahun 1998, dia pernah mengantar seorang turis mancanegara dari Malioboro sampai Pantai Parangtritis dengan becak dan dibayar 1 juta rupiah, pergi-pulang. Besoknya, dia langsung libur narik becak 3 hari karena badannya pegel linu kecapekan.
Lain waktu, si abang juga pernah ditawar seorang turis Jepang untuk mengantarnya ke candi Borobudur naik becak. Si abang menyanggupi, tetapi baru sampai di Jombor, justru si turis yang ga kuat. Akhirnya si turis pun meneruskan perjalanan ke candi Borobudur naik bis.
Si abang juga bercerita, bahwa sekarang terjadi penurunan rejeki dibandingkan tahun kemarin. Dia juga sudah tidak kuat lagi mengayuh becak jauh-jauh dan mangkal sampai larut malam, karena fisik sudah tidak lagi mendukung. Becaknya sendiri merupakan becak sewaan, kepunyaan Bakpia 25. Tarif sewanya 3 ribu perhari. Anak istri ditinggal di Kebumen, dan si abang pulang seminggu atau dua minggu sekali.
Indahnya lagi, semuanya diceritakan dengan penuh semangat dan keceriaan. Meski beban hidup semakin berat, tetapi tidak menghilangkan senyuman dari bibirnya. Sungguh luar biasa...